Thursday, September 26, 2013

Budi Daya Kopi



Persiapan Lahan untuk Pertanaman Kopi 


Kegagalan penanaman kopi dapat disebabkan banyak faktor. Selain karena bibit yang kurang baik, persiapan lahan yang kurang memenuhi syarat sering menjadi faktor utama kegagalan tersebut. Kegiatan persiapan lahan untuk penanaman kopi Arabika pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan persiapan lahan untuk kopi Robusta. Persiapan lahan merupakan salah satu teknis budidaya tanaman kopi yang menetukan keberhasilan pertanaman kopi.

Persiapan lahan diperlukan agar bibit yang sudah dipindahkan ke lapangan dapat cepat tumbuh dengan baik dan segera mampu menghadapi keadaan lingkungan lapangan yang sangat beragam terutama lingkungan yang kurang menguntungkan. Areal pertanaman dapat berasal dari tanah bukaan baru (hutan cadangan), tanah terlantar, tanah tegalan, areal peremajaan, konversi maupun rotasi dari komoditi lain. Selama persiapan lahan di lapangan ini, areal masih bisa dimanfaatkan untuk penanaman tanaman sela yang berumur pendek seperti jagung, kacang tanah dan lainnya. Kegiatan pokok persiapan lahan meliputi :

1. Pembukaan lahan
Pembukaan lahan bertujuan membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya. Pada prinsipnya pekerjaan persiapan areal untuk tanah bukaan baru dan lainnya sama. Pepohonan dan semak-semak didongkel dan tunggak-tunggak atau tunggul beserta akar-akarnya dikeluarkan. Pekerjaan pembuangan tunggul dan akar memerlukan waktu dan pekerjaan yang berat, karena umunya tunggul kayu dari hutan cadangan berada di kedalaman tanah yang cukup menyulitkan untuk membongkarnya. Dalam hal ini masih dalam diskusi untuk penggunaan alat berat karena alat berat dalam pelaksanaan kerjanya memberikan pengaruh terhadap humus tanah yang terkikis atau pemadatan tanah.

Pembukaan areal dari hutan cadangan akan mengalami kesulitan dalam sanitasi, baik sisa dari tajuk tanaman maupun pembuangan kayu-kayu bekas tebangan. Pemerintah dalam hal ini melarang pembukaan lahan dengan pembakaran, tetapi di lain pihak persiapan lahan areal tanaman kopi yang memerlukan lahan yang bersih tidak memungkinkan untuk tidak membakar sisa-sisa pembukaan hutan. Sebagai gambaran, tajuk pohon di hutan cadangan, apabila dilakukan penebangan berapa massa tajuk yang akan diturunkan di atas tanah. Berdasarkan pengalaman membuka hutan, paling tidak tajuk yang diturunkan dari hutan cadangan bisa mencapai tumpukan sampai 10 meter dari tanah dasar. Berbeda dengan tanaman tahunan lain seperti kelapa sawit, pembukaan lahan bisa dilakukan dengan jalur, karena jarak tanam kelapa sawit yang cukup lebar, minimal 8 meter, sedangkan tanaman kopi memerlukan jarak tanam yang rapat sehingga harus bersih dari sisa-sisa pembukaan hutan. Kalaupun disimpan untuk bahan organik, diperlukan waktu yang cukup lama.

Kondisi pembukaan yang berasal dari perdu, gulma utama yang harus diberantas bersih adalah alang-alang dan mekania. Sisa-sisa tanaman yang tidak terangkut karena jumlahnya tidak sebesar pembukaan hutan cadangan dapat dikumpulkan dan disingkirkan dari tengah lahan. Pembakaran sebisa mungkin dihindari, tetapi untuk kayu-kayu yang keras dari perdu dapat dilakukan pembakaran karena sulit lapuk meskipun akan mengurangi bahan organic yang ada. Tindakan sanitasi dimaksudkan untuk mempermudah pekerjaan selanjutnya dan menghindarkan sumber infeksi penyakit akar atau nematoda.

2. Pembuatan teras
Penanaman kopi pada lahan-lahan yang miring dapat dilakukan dengan system tanam 9 tata tanam dan jarak tanam) tertentu untuk mengurangi erosi. Penanaman kopi pada lahan semacam ini tidak boleh dilakukan searah lereng, tetapi dilakukan menurut kontur. Penanaman menurut kontur mempunyai kemampuan yang lebih besar dalam mengurangi dan menahan aliran permukaan (run off) dibandingkan dengan system tanam searah lereng.

Di samping itu upaya mengurangi aliran permukaan dan erosi dapat pula dilakukan dengan mempergunakan jarak tanam yang lebih rapat. Peningkatan kerapatan tanaman berarti meningkatkan penutupan tajuk terhadap permukaan tanah serta meningkatkan ketahanan tanah terhadap erosi karena makin rapatnya tanaman/pokok dan makin besarnya volume akar.

Pada tanah-tanah yang memiliki kemiringan baik yang memanjang maupun yang terputus putus sebaiknya diperlukan pembuatan teras supaya tidak terjadi erosi dan pengikisan lapisan top soil. Teras berfungsi mengurangi panjang lereng, sehingga mengurangi kecepatan aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan air oleh tanaman menjadi lebih besar. Berdasarkan hasil penelitian ternyata erosi pada kebun kopi Arabika yang mempunyai teras bangku hanya 43% dibandingkan dengan erosi pada kebun kopi yang tidak berteras lateral (kontrol). Erosi tersebut masih dapat dikurangi dengan menanam penguat teras, seperti Moghania atau rumput wangi di bibir teras. Pembuatan terasiring umumnya ada 2 jenis yaitu teras bangku (teras individu) dan teras datar.

Pembuatan teras juga dimaksudkan untuk mempermudah dalam pemeliharaan dan pelaksanaan panen. Hal ini yang sering dilupakan oleh petani maupun perkebunan. Teras-teras tersebut akan sangat penting dalam pelaksanaan pemeliharaan baik itu pekerjaan pemangkasan, pemupukan pengedalian hama dan penyakit maupun pekerjaan panen. Karena kalau tidak ada teras, lahan dengan kemiringan yang cukup tinggi akan menyulitkan dalam distribusi berbagai saprodi baik itu bibit, pupuk, hasil panen dari tenaga panen maupun dalam pelaksanan pengedalian hama dan penyakit yang memerlukan tindakan penyemprotan dan lain-lain pekerjaan. Tanpa teras, tenaga kerja akan kesulitan menapakkan kakinya di tanah dan akan sangat membahayakan tenaga kerja.

Teras bangku bentuknya ,memanjang dan biasa di sebut sabuk gunung karena biasanya mengikuti kontur ketinggian dari areal yang akan dibuat teras. Teras bangku bisanya dibuat karena posisi lahan cukup miring dan menyulitkan tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaan pemeliharaan maupun panen. Teras bangku dibuat denga jalan memotong lereng gunung dan kemudian meratakan tanah di bagian bawah sehingga terjadi suatu deretan berbentuk tangga.

Teras bangku sangat efektif pada tanah yang mempunyai kemiringan lereng > 20%, namun demikian teras bangku hanya sesuai untuk tanah yang mempunyai solum dalam, karena pembuatan teras bangku menyebabkan terbukanya tanah lapisan bawah yang lebih rendah tingkat kesuburannya dibandingkan lapisan atasnya. Luas areal yang dapat ditanami dengan pembuatan teras bangku akan berkurang dengan bertambah curamnya lereng. Pada lereng 30% luas areal yang dapat ditanami berkurang 36%. Ditinjau dari besarnya biaya yang dibutuhkan, maka pembuatan teras bangku relative lebih mahal dibandingkan teras individu. Tetapi dalam mempemudah pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan dan panen, teras bangku akan lebih memudahkan pekerjaan dibandingkan dengan teras individu.

3. Penanaman pohon pelindung
Setelah lahan bersih, selanjutnya dilakukan penanaman pohon penaung. Tanaman naungan sebaiknya tanaman leguminosa, yang dapat mengikat nitrogen pada akar-akarnya (memperkaya kandungan N tanah melalui daun-daun yang gugur). Tujuan penanaman pohon penaung adalah :

1. Memberi cukup cahaya matahari.

· Untuk merangsang pertumbuhan primordia bunga.

· Primordia bunga terbentuk pada akhir musim hujan dan awal musim hujan dan awal musim kemarau (April-Juni).

2. Mempermudah peredaran udara atau airasi dalam pertanaman.

· Bila cabang pohon naungan terlalu rendah dan rimbun, udara sukar beredar.

· Peredaran udara penting untuk penyerbukan (pollination), terutama bagi pertanaman robusta klonal (penyerbuk-silang).

3. Mengurangi kelembaban udara yang tinggi selama musim hujan.

· Bila terlalu lembab banyak buah gugur bisa mencapai 20-30% yang gugur.

· Untuk mencegah agar pertumbuhan cabang-cabang primer tidak lemas (ruas panjang dan lembek).

Secara teknis budidaya kopi, dikenal 2 jenis tanaman penaung yaitu tanaman naungan sementara dan pohon penaung tetap. Tanaman penaung sementara diperlukan apabila pohon penaung tetap belum berfungsi sempurna karena masih kecil atau intensitas penaungnya kurang. Ada beberapa jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai naungan-sementara yaitu:

· Mogania macrophylla

· Leucaena glauca

· Crotalari anagyroides

· Crotalaria usaramoensis

· Tephrosia candida

· Desmodium gyroides

· Acacia villosa (dapat tumbuh baik di tempat-tempat yang lamtoro sukar tumbuh).

Penanaman kedua jenis pohon penaung tersebut sebaiknya sudah dilakukan 1 tahun sebelum penanaman kopi. Setelah pohon penaung tetap berfungsi dengan baik, secara berangsur angsur naungan sementara dihilangkan.

Tanaman penaung tetap yang banyak digunakan pada tanaman kopi adalah:

· Lamtoro (Leucaena glauca)

· Dadap (Erythrina subumbrans, dadap serep)

· Sengon (Albizzia falkata; A. sumatrana)

Jarak tanam pohon penaung atau kerapatan dari pohon penaung sebaiknya disesuaikan dengan jarak tanam kopi yang akan ditentukan dan kondisi iklim di mana kopi akan ditanam. Penetuan jarak tanaman naungan berdasarkan iklim di suatu daerah, semakin tinggi curah hujan dan rendah intensitas sinar matahari jarak tanaman penanung pada suatu daerah sebaiknya jarak penaung agak lebar dan sebaliknya untuk daerah yang curah hujan tegas dan intensitas sinar matahari tinggi jarak tanaman naungan semakin rapat.

Pohon penaung tetap basanya untuk daerah dengan iklim tegas ditanam dengan jarak tanam 2 m x 2,5 m sedangkan naungan sementara ditanam dalam barisan pohon penaung tetap membujur arah utara selatan atau ditanam pada bagia luar teras apabila ada teras.



Pasca Panen dan Pemanenan Tanaman Kopi 


A. Panen
 Pemanenan buah kopi yang umum dilakukan dengan cara memetik buah yang telah masak pada tanaman kopi adalah berusia mulai sekitar 2,5 – 3 tahun. Buah matang ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua adalah buah masih muda, berwarna kuning adalah setengah masak dan jika berwarna merah maka buah kopi sudah masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe) (Starfarm, 2010).

Untuk mendapatkan hasil yang bermutu tinggi, buah kopi harus dipetik dalam keadaan masak penuh. Kopi robusta memerlukan waktu 8–11 bulan sejak dari kuncup sampai matang, sedangkan kopi arabika 6 sampai 8 bulan. Beberapa jenis kopi seperti kopi liberika dan kopi yang ditanam di daerah basah akan menghasilkan buah sepanjang tahun sehingga pemanenan bisa dilakukan sepanjang tahun. Kopi jenis robusta dan kopi yang ditanam di daerah kering biasanya menghasilkan buah pada musim tertentu sehingga pemanenan juga dilakukan secara musiman. Musim panen ini biasanya terjadi mulai bulan Mei/Juni dan berakhir pada bulan Agustus atau September.

Terdapat pemanenan secara alami yaitu seperti yang terjadi pada kopi luwak. Luwak atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak (termasuk buah kopi) sebagai makanannya. Luwak akan memilih buah kopi yang betul –betul masak sebagai makanannya. Dalam proses pencernaannya, biji kopi yang dilindungi kulit keras tidak tercerna dan akan keluar bersama kotoran luwak. Biji kopi seperti ini, pada masa lalu sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami dalam perut luwak, dan oleh karenanya disebut kopi luwak.

B. Pasca Pemanenan
a. Sortasi kopi

Sortasi atau pemilihan biji kopi dimaksudkan untuk memisahkan biji yang masak dan bernas serta seragam dari buah yang cacat/pecah, kurang seragam dan terserang hama serta penyakit. Sortasi juga dimaksudkan untuk pembersihan dari ranting, daun atau kerikil dan lainnya. Buah kopi masak hasil panen disortasi secara teliti untuk memisahkan buah superior

(masak, bernas, dan seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah, berlubang, dan terserang hama penyakit). Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan kerikil harus dibuang karena benda benda tersebut dapat merusak mesin pengupas. Buah merah terpilih (superior) diolah dengan metode pengolahan secara basah atau semi basah supaya diperoleh biji kopi HS (Haulk Snauk) kering dengan tampilan yang bagus, sedang buah campuran hijau-kuning-merah diolah dengan cara pengolahan kering (Starfarm, 2010).

b. Pengupasan biji kopi

Sebelum dikupas, biji kopi sebaiknya dipisahkan berdasarkan ukuran biji agar menghasilkan pengupasan yang baik jika dilakukan dengan mesin pengupas. Mesin pengupas kopi saat ini sudah tersedia dan mudah diperoleh dipasaran.

c. Fermentasi biji kopi

Fermentasi diperlukan untuk menyingkirkan lapisan lendir pada kulit tanduk kopi. Fermentasi dilakukan biasanya pada pengolahan kopi arabika, untuk mengurangi rasa pahit dan mempertahankan citarasa kopi. Proses fermentasi umumnya hanya dilakukan untuk pengolahan kopi arabika, dan tidak banyak dipraktekkan untuk pengolahan kopi robusta, terutama untuk kebun rakyat. Tujuan proses ini adalah untuk menghilangkan lapisan lendir yang tersisa di lapisan kulit tanduk pada biji kopi setelah proses pengupasan. Pada kopi arabika, fermentasi juga bertujuan untuk mengurangi rasa pahit dan mendorong terbentuknya kesan “mild” pada citarasa seduhannya. Prinsip fermentasi adalah alami dan dibantu oleh oksigen dari udara. Proses fermentasi dapat dilakukan secara basah (merendam biji dalam genangan air) dan secara kering (tanpa rendaman air).

d. Pencucian

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan sisa lendir hasil fermentasi yang masih menempel pada kulit tanduk. Untuk kapasitas kecil, pencucian dapat dikerjakan secara manual di dalam bak atau ember, sedang kapasitas besar perlu di bantu dengan mesin.

e. Pengeringan kopi

Proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam biji kopi HS yang semula 60-65% sampai menjadi 12%. Pada kadar air ini, biji kopi HS relative aman untuk dikemas dalam karung dan disimpan di gudang pada kondisi lingkungan tropis. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan cara penjemuran, mekanis dan kombinasi keduanya. Buah kopi arabika mutu rendah (inferior) hasil sortasi di kebun sebaiknya diolah secara kering. Cara ini juga banyak dipraktekkan petani untuk mengolah kopi jenis robusta.

f. Pengukuran kadar biji

Penentuan kadar biji kopi merupakan salah satu tolak ukur proses pengeringan agar diperoleh mutu hasil yang baik dan biaya pengeringan yang murah. Akhir dari proses pengeringan harus ditentukan secara akurat. Pengembangan yang berlebihan (menghasilkan biji kopi dengan kadar air jauh di bawah 12%) merupakan pemborosan bahan bakar dan merugikan karena terjadi kehilangan berat. Sebaliknya jika terlalu singkat, maka kadar air kopi belum mencapai titik keseimbangan (12%) sehingga biji kopi menjadi rentan terhadap serangan jamur pada saat disimpan atau diangkut ke tempat konsumen.

g. Penggilingan kopi

Biji kopi kering atau kopi HS kering digiling dengan mesin huller untuk mendapatkan biji kopi pasar atau kopi beras (Puslitkoka, 2006). Penggilingan kopi diperlukan untuk memperoleh kopi bubuk dan meningkatkan luas permukaan kopi. Pada kondisi ini, citarasa kopi akan lebih mudah larut pada saat dimasak dan disajikan, dengan demikian seluruh citarasa kopi terlarut ke dalam air seduan kopi yang akan dihidangkan (Starfarm,2010). Penggilingan kopi sebaiknya hanya dilakukan terhadap kopi HS yang sudah kering.

h. Penggudangan

Penggudangan bertujuan untuk menyimpan hasil panen yang telah disortasi dalam kondisi yang aman sebelum dipasarkan ke konsumen. Beberapa faktor penting pada penyimpanan biji kopi adalah kadar air, kelembaban relatif udara dan kebersihan gudang. Udara yang lembab pada gudang di daerah tropis merupakan pemicu utama pertumbuhan jamur pada biji, sedangkan sanitasi atau kebersihan yang kurang baik menyebabkan hama gudang seperti serangga dan tikus akan cepat berkembang.

No comments:

Post a Comment